Read, you can know anything. Listen, you can know something. Write, you can express yourself.

//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js

(adsbygoogle=window.adsbygoogle ||).push({google_ad_client: “ca-pub5922557601416922”,

enable_page_level_ads:true});

https://cdn.ampproject.org/v0/amp-auto-ads-0.1.js

Kondisi persaingan dalam usaha bisnis yang semakin ketat mengharuskan setiap usaha bisnis untuk meningkatkan kegiatan usahanya dalam setiap bidang. Salah satu upaya yang terbaik dalam rangka perluasan usaha adalah dengan melakukan analisis terhadap pendapatan yang diperoleh beserta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan laba yang diharapkan demi keberlangsungan dari usaha yang dimiliki. Karena dari dana yang berasal dari laba usaha inilah yang akan membantu suatu usaha dalam meningkatkan setiap aspek yang diperlukan. Bagian penting dalam meningkatkan laba adalah bagaimana cara yang diperlukan dalam meningkatkan produk yang dihasilkan. Karena semakin meningkatnya laba harus didukung juga dengan peningkatan penjualan dari produk barang atau jasa yang dihasilkan. Suatu kualitas dan kuantitas dari sebuah produk barang atau jasa yang dihasilkan sangat berpengaruh terhadap peningkatan penjualan, oleh karena itu harus lebih diperhatikan.

 

Harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan. Oleh karena itu, untuk mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan adalah dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang akan dijual.

 

Mark up adalah persentase yang dibebankan kepada biaya produksi, termasuk diantaranya laba yang diinginkan dan biaya nonproduksi.

 

Adapun tujuan-tujuan analisis nilai jual ekonomis adalah:

  1. Meningkatkan penjualan;
  2. Mempertahankan dan memperbaiki pangsa pasar;
  3. Stabilisasi harga;
  4. Mencapai target pengembalian investasi;
  5. Mencapai laba maksimum.

 

Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam cost (biaya) produksi, terdapat dua pendekatan, yaitu :

  1. Full costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel maupun tetap.
  2. Variable costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi variabel, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik variabel.

 

 

Strategi Penentuan Harga Jual

Dua bentuk strategi yang data diterapkan perusahaan untuk menentukan harga jual produk atau jasa yaitu:

  1. Strimming pricing, merupakan bentuk strategi penentuan harga jual produk atau jasa baru, dengan cara menentukan harga jual mula-mula relatif tinggi. Tujuan strategi ini adalah agar perusahaan memperoleh laba yang maksimum dalam jangka pendek.
  2. Penetration pricing, merupakan bentuk strategi penentuan harga jual dengan cara menentukan harga jual mula-mula relatif rendah, sehingga perusahaan dapat meraih pangsa pasar yang lebih besar untuk produk atau jasa tersebut dalam jangka pendek.

 

Perhitungan Harga Pokok Produksi dan Harga Jual Pendekatan Full Costing

 

 

MODEL -1 (Usaha Soto Ayam)

 

Biaya Bahan Baku                                                                  Rp. 123,986,500

Biaya Tenaga Kerja Langsung                                               Rp.     2,286,667

Biaya Overhead Pabrik                                                          Rp.   11,671,600  +

            Total Biaya Produksi                                                                        Rp. 137,944,767

 

Harga Pokok Produksi per Porsi :

Rp 137,994,767 / 5,000 porsi = Rp 27,588.95 Dibulatkan Rp. 27,600

 

Perhitungan Mark Up :

Biaya Pemasaran, Administrasi dan Umum                          Rp.     8,930,533

Laba yang diharapkan, 30 % x Rp 146,875,300                     Rp.    44,062,590  +

Jumlah                                                                                                Rp   52,993,123

Biaya Produksi                                                                                    Rp 137,944,767  :

            Persentase Mark Up                                                                                     38,42%

 

Perhitungan Harga Jual Makanan:

Biaya Produksi                                                                        Rp 137,944,767

Markup 38,42% Rp 137,944,767                                           Rp    52,998,379  +

            Total Harga Jual                                                                                Rp 190,943,146

 

Harga Jual per Porsi=

Rp 190,943,146 / 5,000 porsi = Rp 38,189 dibulatkan Rp 38,200

 

 

MODEL -2 (Usaha Nasi Goreng)

 

Biaya Variabel                                                             Rp. 450.000

Biaya Tetap                                                                 Rp.   50.000

Modal                                                                          Rp. 500.000   +

            Total Biaya Produksi                                                                        Rp. 1.000.000

 

Harga Pokok Produksi per Porsi= Rp. 1.000.000/ 100 unit= Rp. 10.000

 

Perhitungan Mark Up:

Laba yang diharapkan 25% x Rp. 1000.000             Rp.    250.000

Biaya Produksi                                                            Rp. 1.000.000 :

25%

Perhitungan Harga Jual per Porsi:

Biaya Produksi                                                            Rp. 1.000.000

Mark Up 25%                                                              Rp.    250.000 +

Total Harga Jual                                                                                Rp. 1.250.000

 

Harga Jual per Porsi=

Rp. 1.250.000 / 100 unit = Rp. 12.500

 

 

 

Sumber pustaka:

 

Dharmmesta, Basu Swastha. MODUL 7: Strategi Penetapan Harga.

 

Kurniawati, Yuli. Penetapan Harga & Target Costing.

 

Widyawati. 2013. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Dan Penerapan Metode Mark Up Dalam Penentuan Harga Jual Produk Pada Usaha Amplang Di Samarinda. eJournal Administrasi Bisnis. ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id.

 

Wauran, Desliane. Analisis Penentuan Harga Pokok Produk Dan Penerapan Cost Plus Pricing Method Dalam Rangka Penetapan Harga Jual Pada Rumah Makan Soto Rusuk Ko’ Petrus Cabang Megamas. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado.

Kebutuhan modal produk adalah biaya-biaya yang harus dipenuhi untuk keperluan produksi produk. Biaya-biaya tersebut disusun memperhatikan segala kegiatan produksi.

Berikut ini merupakan kebutuhan modal/anggaran produksi yakni;

  1. Anggaran Jumlah Yang Di Produksi

Anggaran ini merincikan kuantitas barang yang diinginkan untuk diproduksi selama periode anggaran. Dalam anggaran produksi diperlukan pengembangan kebijakan mengenai tingkat produksi yang efisien, penggunaan fasilitas yang produktif dan tingkat persediaan (barang jadi dan persediaan barang dalam proses).

  1. Anggaran Bahan Mentah (Bahan Baku dan Bahan Pembantu)

Dalam suatu anggaran yang lengkap, diperlukan perencanaan dan pengendalian bahan mentah dan komponen yang digunakan untuk menghasilkan produk jadi. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah supplier, kuantitas, harga beli, persyaratan pembelian, ketersediaan, dan persediaan. Untuk menjamin jumlah yang tepat dari bahan mentah dan komponennya benar-benar tersedia pada saat dibutuhkan dan untuk merencanakan jumlah biaya, maka rencana laba taktis harus mencakup;

  • Anggaran yang terperinci yang menentukan jumlah dan biaya bahan mentah.
  • Anggaran pembelian bahan mentah yang saling terkait.

 

  1. Anggaran Tenaga Kerja Langsung

Anggaran tenaga kerja langsung mencakup kebutuhan atas tenaga kerja langsung yang direncanakan untuk memproduksi berbagai jenis dan kuantitas yang direncanakan dalam anggaran produksi. Anggaran tenaga kerja langsung dapat disajikan dalam beberapa cara seperti anggaran terpisah biasanya dibuat menurut;

  • Jam tenaga kerja langsung.
  • Biaya tenaga kerja langsung.

 

  1. Anggaran Biaya Overhead Pabrik

Anggaran semua jenis biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk, selain biaya materi dan biaya tenaga kerja langsung.

  1. Anggaran Biaya Distribusi

Anggaran ini mencakup semua biaya-biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan dalam hubungannya dengan kegiatan memasarkan produk. Termasuk ke dalam anggaran distribusi antara lain; biaya untuk salesman, supervisor, ongkos pengangkutan, biaya promosi, depresiasi (peralatan distribusi), biaya penginapan, biaya makan, dan biaya asuransi.

  1. Anggaran Tanah dan Bangunan

Perencanaan tanah dan bangunan berkaitan dengan lokasi untuk kantor, tempat usaha, pabrik, gudang, tempat parkir, dan lain-lain. Untuk keperluan perhitungan kelayakan finansial usaha, maka perlu diperhitungkan ukuran, harga beli atau sewanya.

  1. Mesin dan Peralatan

Baik untuk skenario pembelian ataupun sewa, daftar mesin dan peralatan juga harus dirinci sedetail mungkin proyeksinya. Perencanaan ini tetap selalu berkaitan dengan kapasitas dan kompetensi teknis wirausahawan.

  1. Anggaran Biaya Umum dan Administrasi

Anggaran biaya umum adalah anggaran yang berisi semua biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk direksi dan stafnya, bagian keuangan dan bagian administrasi. Anggaran administrasi merupakan anggaran yang berisi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk kegiatan-kegiatan yang menunjang usaha perusahaan diluar kegiatan pabrik.

Evaluasi Produk

Evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan dan menyajikan informasi dalam rangka pengambilan keputusan terhadap implementasi dan efektifitas suatu produk.

Model evaluasi CIPP adalah model evaluasi yang terdiri dari empat komponen evaluasi yaitu Context, Input, Process, dan Product (CIPP).  Berikut ini langkah-langkah evaluasi produk:

  1. Evaluasi context menentukan kebutuhan dan masalah-masalah untuk menetapkan tujuan. Evaluasi konteks merupakan need assesment kebutuhan pengembangan produk di perusahaan. Sasaran evaluasi mencakup permasalahan yang dihadapi para pembuat produk/produsen, seperti: sulitnya mencari pelanggan tetap dan mencari lokasi yang strategis.
  2. Evaluasi input berfokus pada pengumpulan informasi input yang penting seperti pelaksanaan rencana kegiatan, sumber daya (SDM, bahan baku, keuangan), penyediaan sarana, penyediaan biaya efektif untuk penyiapan kebutuhan dan pencapaian tujuan.
  3. Evaluasi process (dapat disebut monitoring) berkenaan dengan kajian seberapa jauh pelaksanaan operasional produk yang telah berjalan secara efektif, menilai pelaksanaan rencana, kemudian membantu pengguna menilai kinerja produk, dan membuat penafsiran hasilnya.
  4. Evaluasi product yakni evaluasi keluaran (output) yakni mengidentifikasi dan menilai hasil baik jangka pendek dan jangka panjang. Evaluasi keluaran terarah pada hasil langsung (direct) program. Kinerja SDM dan efektivitas produk yang teramati pada akhir implementasi program akan dinilai pada tahap ini.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikemukakan bahwa dalam proses evaluasi dapat dilakukan dari dua sisi yaitu evaluasi proses dan evaluasi produk.  Kedua hasil evaluasi ini akan membantu pengembang dan pengguna produk untuk melihat hasil yang dicapai dari produk tersebut, kendala dan hambatan yang ditemukan dalam penerapan produk, kelemahan dan keunggulan untuk pengembangan lebih lanjut.

 

Sumber: http://digilib.unila.ac.id/3967

A. Penelitian

Penelitian merupakan kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan.

 

1.Jenis-Jenis Penelitian

Berdasarkan pendekatan analisisnya :

Penelitian kuantitatif

Ciri-cirinya:

  1. Analisis data numerik yang diolah dengan metode statistika.
  2. Dilakukan untuk penelitian inferensial (pengujian hipotesis); diterima atau ditolaknya suatu hipotesis.
  3. Melihat signifikansi perbedaan atau hubungan antar variabel.
  4. Sampelnya besar

 

Penelitian kualitatif

Ciri-cirinya:

  1. Melakukan kesimpulan deduktif dan induktif terhadap dinamika hubungan antara fenmena dengan metode logika ilmiah.
  2. Tidak menekankan pada pengujian hipotesis namun menjawab pertanyaan dengan cara berpikir formal dan argumentatif.
  3. Sampelnya kecil.

 

Berdasarkan kedalaman analisisnya :

Penelitian deskriptif

  • Menganalisis & menyajikan fakta secara sistematik agar lebih mudah dipahami dan disimpulkan.
  • Pengambilan kesimpulan didasari oleh angka yang diolah tidak secara terlalu mendalam.
  • Pengolahan data didasarkan pada analisis persentase dan analisi kecenderungan (trend).

Penelitian Inferensial

  • Melakukan uji hipotesis dan melakukan analisis hubungan antar variabel.
  • Pengambilan kesimpulan dilakukan berdasarkan pengolahan data dengan metode statistik yang lebih mendalam.

 

Berdasarkan karakteristik atau sifat permasalahan :

Penelitian historis (Historical research)

  • Tujuan : membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan serta mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat.
  • Ada hipotesis
  • Tergantung data yang diobservasi oleh orang lain
  • Datanya primer dan sekunder, dengan kritikan pada validitas ekternal dan internal.
  • Mempunyai telaah pustaka yang sangat dalam dan luas

Penelitian Dekriptif (Descriptive research)

  • Tujuan : menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu.
  • Tidak menguji hipotesis, atau menguji hubungan antar variabel.
  • Biasanya dilakukan dengan survey.

Penelitian Perkembangan (Developmental research)

  • Tujuan : mempelajari pola dan urutan perkembangan sejalan dengan berlangsungnya perubahan waktu.
  • Secara Longitudinal : mengikuti perkembangan subjek tertentu secara terus menerus. Kesulitan : banyak sampel yang tidak dapat diikuti.
  • Secara cross-sectional : mengambil contoh dari kelompok tertentu. Lebih murah dan efisien tetapi sampel tidak bisa dibandingkan.

Studi kasus & Penelitian lapangan (Case study & field research)

  • Tujuan : mempelajari secara intensif latar belakang, status terakhir dan interaksi lingkungan yang trjadi pada suatu unit social seperti individu, kelompok, lembaga atau komunitas.
  • Penyelidikannya mendalam sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir atau tersusun dengan baik dan lengkap.
  • Sampelnya sedikit, variabelnya banyak.

Penelitian korelasional (correlational research)

  • Tujuan : menyelidiki sejauh mana variasi pada satu atau lebih variabel berkaitan dengan satu atau lebih variabel lain berdasarkan koefisien korelasi.
  • Dilakukan pada penelitian yang tidak teliti jika dilakukan dengan eksperimen.
  • Yang dilihat adalah hubungan dan varabelnya kompleks.

Penelitian Kausal – komparative (causal – comparative research)

  • Tujuan : menyelidiki hubungan sebab akibat dengan cara mengamati akibat untuk mencari penyebab.
  • Bersifat ex post facto, yaitu data dikumpulkan setelah semua kejadian yang menjadi masalah itu terjadi, kemudian dianalisis dan dilihat hubungannya.
  • Baik digunakan bila metode eksperimental tidak dapat digunakan.
  • Kurang adanya kontrol, faktor yang menjadi penyebeb yang mungkin tidak teramati.

Penelitian eksperimental sungguhan/murni (true experimental research)

  • Tujuan : Meneliti kemungkinan adanya hubungan sebab akibat diantara variable dengan cara mengenakan kondisi perlakuan kepada kelompok eksperimental dan membandingkan haislnya dengan kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan.
  • Pemusatannya terletak pada pengontrolan varians,
  • jangan sampai ada pengaruh dari luar
  • pengukuran hasil eksperimen dgn sebenar-benarnya
  • memaksimalkan variabel yang terlibat.
  • Dianjurkan untuk pemilihan sampel secara random
  • Yang sangat esensial (sine qua non) adalah validitas internal : apakah perbedaan yangterjadi itu benar-benar karena perbedaan perlakuan, dan validitas eksternal : apakah hasil penelitian ini dapat digeneralisasi pada subjek dalam kelompok yang lebih luas.

Penelitian eksperimental semu (quasi experimental research)

  • Tujuan : memperoleh informasi yang merupakan perkiraan informasi yang dapat diperoleh dari eksperimental yang sebenarnya dimana tidak memungkinkan untuk mengontrol/memanipulasi semua variabel yang relevan.
  • Validitas ekternal dan internal harus diperhatikan.

Penelitian tindakan (action research)

  • Tujuan : mengembangkan keterampilan baru dan Untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia kerja atau dunia actual lainnya.
  • Praktis dan langsung relevan dengan situasi yang aktual.
  • Fleksibel dan adaptif
  • Validitas eksternal dan internalnya lemah, karena bersifat situasional dan sampelnya tidak representatif.

 

Menurut Wounland, ada 2 macam penelitian (ilmu sosial):

  • Teoritik : Hanya menggunakan pustaka, dan analisa logic/rasional.
  • Empirik : Dengan menggunakan teori dan data-data empiris/data yang diperoleh dari lapangan.

 

Penelitian empirik terbagi atas :

  • Eksploratif : Penelitian yang bertujuan untuk memperdalam, menggali, menjajaki suatu gejala. Cara ini bisa tidak memakai hipotesis.
  • Deskripsi : Penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan, menyajikan apa adanya secara cermat. Ada hipotesis.
  • Eksplanatori : Penelitian yang berguna untuk menjelaskan gejala dengan menunjukkan hubungan sebab akibat. Memakai statistik dan hipotesis.

 

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

  1. Data Primer (Primary Data)

Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian.

  1. Data Sekunder (Secondary Data)

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).

 

B. Pengembangan Produk

Produk diartikan sebagai alat utama bagi perusahaan dalam melangsungkan usahanya. Produk yang telah ada perlu dilakukan pengembangan, baik melalui modifikasi dari produk yang sudah ada, duplikat dari produk pesaing, produk yang diakuisisi dan produk asli inovatif. Pengembangan produk diperkirakan bisa memberi peningkatan frekuensi penjualan serta dapat berkontribusi pada laba perusahaan.

Dasar pembuatan produk harus memiliki tujuan untuk memiliki manfaat bagi konsumen. Bila telah suatu produk telah dipercaya, maka konsumen secara berulang akan kembali untuk membeli. Berikut ini merupakan faktor-faktor pengembangan produk yang perlu diperhatikan:

  1. Pengetahuan tentang kebutuhan dan keinginan konsumen
  2. Sumber daya untuk pengembangan produk baru
  3. Estimasi penyimpangan produk baru dalam memenuhi target pasar
  4. Estimasi biaya yang dibutuhkan dalam pengembangan dan produksi produk baru
  5. Antisipasi terhadap reaksi para pesaing
  6. Waktu paling tepat untuk meluncurkan produk baru
  7. Pelayanan terkait sebagai pendukung produk baru

Terdapat empat tipe dasar dalam program pengembangan produk, yaitu :

  1. Pemodifikasian produk
  2. Produk substitusier
  3. Produk komplementer
  4. Inovasi produk

Produk baru berpeluang menawarkan nilai tambah ke konsumen dan produk baru dapat meningkatkan keberadaan produk.

  1. Jenis-jenis produk baru

Perkenalan barang atau jasa baru bisa diklasifikasikan menjadi : Benar-benar baru bagi pasar dan luasnya nilai yang diciptakan, menghasilkan jenis-jenis produk baru berikut ini :

  1. Inovasi transformasional, produk yang secara radikal baru dan penciptaan nilai yang substansial.
  2. Inovasi substansial, produk yang secara significan baru dan menciptakan nilai penting untuk konsumen.
  3. Inovasi inkremental, inovasi, produk baru yang menyediakan peningkatan performance atau nilai yang diterima lebih baik (atau biaya lebih rendah).

Sebuah perusahaan yang berinisiatif mengembangkan produk baru dapat melakukan inovasi dalam satu atau lebih dari ketiga kategori diatas.

Kenyataannya, banyak produk baru merupakan perluasan dari jalur produk yang ada dari total produk baru yang dihasilkan.

 

  1. Menemukan peluang konsumen

Kebutuhan konsumen menjadi informasi penting yang menentukan nilai peluang yang ada dalam pengembangan produk baru. Identifikasi dan analisis segmen pasar membantu untuk mengetahui segmen yang menawarkan peluang produk baru. Kepuasan konsumen mengindikasikan seberapa baik pengalaman menggunakan produk dibandingkan dengan nilai yang diharapkan oleh pembeli.

a.  Nilai konsumen

Tujuan analisis nilai konsumen adalah mengidentifikasi kebutuhan :

  • Produk baru
  • Peningkatan produk yang ada
  • Peningkatan dalam proses produksi
  • Peningkatan layanan pendukung

b.   Kapabilitas yang cocok untuk peluang nilai

  • Setiap peluang nilai harus dipertimbangkan pada saat organisasi mempunyai kapabilitas untuk membawa nilai Konsumen yang superior.
  • Organisasi secara normal akan mempunyai kapabilitas yang dibutuhkan perluasan lini produk dan tambahan peningkatan.
  • Pengembangan produk untuk sebuah kategori produk baru membutuhkan penilaian pada kapabilitas organisasi mengenai kategori baru.

c.    Inovasi transformasional

Konsumen barangkali bukan penuntun yang baik untuk ide produk baru yang secara total mungkin disebut radikal atau penerobosan inovasi sejak mereka membentuk keluarga produk baru atau bisnis baru. Ketika setiap ide dibawah pertimbangan, pelanggan potensial mungkin tidak mengerti bagaimana produk baru akan mengganti produk yang ada. Masalahnya adalah Konsumen tidak mungkin mengantisipasi sebuah preferensi untuk sebuah produk baru yang revolusioner.

 

Tahap-Tahap Dalam Perencanaan Produk Baru

Perencanaan produk baru mencakup semua kegiatan perencanaan dari produsen dan penyalur untuk menyesuaikan produknya dengan permintaan pasar dan menentukan susunan produk lininya. Adanya perencanaan produk baru ini akan mendorong perusahaan meningkatkan perolehan labanya atau paling tidak membuat laba menjadi stabil.

Tahap-tahap dalam perencanaan produk baru terdiri dari :

  1. Penciptaan ide. Pengembangan produk baru berawal dari penciptaan ide, didalam penciptaan ide tidak hanya seadaya saja tetapi harus didefinisikan dengan jelas tujuan dari produk yang ingin dikembangkanya, dan harus jelas juga apakah akan memodifikasi produk lama, membuat terobosan baru, atau meniru pesaing, ide baru bias dicari diberbagai sumber, misalnya dari konsumen, pesaing,ilmuan dll.
  2. Penyaringan ide. Tujuan langkah ini adalah untuk menyaring ide ide yang buruk agar nantinya ide yang akan dikembangkan bisa realistis dan memungkinkan bisa diwujudkan secara nyata.
  3. Pengembangan dan pengujian konsep. Dalam hal ini ide yang menarik akan dibuat konsep produk yang bias diuji, dari ide produk bias dibuat beberapa konsep, lalu ilmuan menguji apakah sudah sesuai dengan apa yang menjadi keinginan konsumen, apabila konsepnya sesuai dengan tujuan maka bisa dilakukan pabrikasi,,dan jika belum maka tim pengembang membuat konsep baru dengan memperbaiki konsep yang lama.
  4. Strategi pemasaran. Tahapan ini merupakan tahap perancangan pemasaran yang strategis untuk memperkenalkan produknya ke pasaran
  5. Analisa bisnis. Dalam hal ini perusahaan memperkirakan biaya dan laba, serta mengevaluasi manfaat suatu produk baru dengan analisis break event agar nantinya perusahaan mengetahui berapa produk yang akan dijual agar impas dengan harga dan struktur biaya tertentu.
  6. Pengembangan produk. Jika konsep produk yang sudah matang dan sudah melalui analisis bisnis maka langkah yang selanjutnya adalah mengubah konsep produk tersebut kedalam bentuk fisik, hal ini akan menjawab pertanyaan apakah produk layak secara teknis dan komersil. Departemen peneliti dan pengembang harus mengembangkan satu atau lebih konsep produk agar nantinya mendapatkan suatu model Prototype yang mewakili semua konsep produk, setelah prototype jadi maka dilakukan uji fungsional dan uji konsumen.
  7. Uji pemasaran. Didalam tahap ini produk diberi nama, kemasan,dan program pemasaran awal untuk mengujinya dalam bentuk yang nyata.tujuan tahap ini adalah mempelajari bagaimana dealer atau konsumen bereaksi didalam penanganan, penggunaan,pembelian produk kembali dan seberapa besar pasarnya.
  8. Komersialisasi. Uji pemasaran memberikan cukup informasi untuk bisa mengambil keputusan apakah produk akan dilincurkan atau tidak, adapun keputusan sebelum memasrkan ,diantaranya kapan produk akan diluncurkan, target pasar mana yang akan menjadi target, dimana awal produk akan dijual, biaya yang dibutuhkan untuk pemasaran produk.

 

Hambatan-hambatan pengembangan produk baru:

  1. Gagasan-gagasan yang masuk masih kurang.
  2. Persaingan pasar yang sangat berat, dengan teknologi yang lebih canggih misalnya industri-industri suplemen.
  3. Peran pemerintah yang kadang-kadang memberikan batasan-batasan yang berat misalnya keselamatan lingkungan.
  4. Biaya untuk pengembangan produk baru, mulai dari pencarian gagasan, pelaksanaan penelitian dan melakukan uji pasar sehingga produk harus benar-benar unggul. Dari gagasan-gagasan yang ada hanya sedikit saja yang sukses. Penelitian mengenai mortalitas gagasan digambarkan seperti terlihat pada gambar sebagai berikut.
  5. Produk baru meskipun sudah dilakukan uji konsumen bisa gagal karena tidak memenuhi pengharapan atau tidak sesuai dengan selera; rasa, bau, dan aroma yang diinginkan.
  6. Banyaknya perusahaan-perusahaan yang akan meniru setelah peluncuran produk baru. Hal ini menyebabkan waktu kehidupan yang pendek.

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka:

Aplikasi Alat Manajemen Pemasaran Dalam Proses Pengembangan Produk. 2010. Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran.

Munawaroh, Isniatun. Urgensi Penelitian dan Pengembangan.

Jenis-jenis Penelitian. Mercubuana Yogyakarta

Metode Penelitian. Tesis. Universitas Mercubuana.

#Biasanya dipergunakan untuk Daftar Pustaka

Langkah pertama

Buka file Daftar Pustaka atau file yang ingin dibuat format “hanging”. Lihat ilustrasi berikut.

13

Langkah kedua

Blok kalimat atau paragraf yang akan dibuat format “hanging”. Lihat ilustrasi berikut.

13-1

Langkah ketiga

Klik pojok kanan bawah di Toolbar Paragraph di Home Ribbon. Maka akan muncul kotak dialog Paragraph. Lihat bagian Indentation, di sana akan tampil drop down Special, pilih Hanging. Lihat ilustrasi berikut.

14

Dan hasilnya adalah:

15

Kesimpulan: Hindari penggunaan baris baru/ secara manual untuk membuat teknik “hanging”. Dengan fasilitas ini, maka kita tak perlu lagi menggunakan tombol Tab atau tombol Space untuk membuatnya.

Semoga berhasil 🙂

#Biasanya teknik ini untuk membuat Daftar Isi

Lihat ilustrasi berikut.

8

Sebenarnya pembuatan di atas adalah salah, dan akan mempersulit penggunaan auto points (titik-titik otomatis). Maka buatlah pengetikan secara bertahap yakni dari “Abstrak”. Lihat ilustrasi berikut.

9

Langkah pertama

Tempatkan kursor di akhir huruf atau setelah satu spasi. Nah, sekarang kita akan melakukan pembuatan titik-titik otomatis. Klik Home Ribbon, klik tanda panah serong ke kanan bawah di toolbar Paragraph, dan klik Tabs. Lihat ilustrasi berikut.

10

Langkah kedua

Setelah muncul box Tabs, lakukan pengaturan seperti ilustrasi berikut.

11

Kita bisa mengatus tab stop positions untuk penghentian titik-titik otomatisnya. Kemudian pilih Leader nomor 2 …… , lalu klik Set, dan OK.

Sekarang kita sudah bisa membuat titik-titik otomatis dengan menekan tombol Tab di keyboard. Lihat ilustrasi berikut.

12

Kita bisa menggunakan titik-titik otomatis ini dengan menekan tombol Tab. Bila ingin melanjutkan bisa menekan Enter dan ketik kata atau kalimat yang dibutuhkan.

Untuk menghentikan titik-titik otomatis adalah dengan langkah yang sama, namun klik Clear atau Clear All pada kotak dialog Tabs.

Semoga membantu 🙂

My Dreams Come True

This is one of my dreams in 2015.

Gradute

Bachelor degree